Jumat, 17 Juni 2016

SEJARAH NAMA JALAN 19 DESEMBER DI KELURAHAN MOTOBOI KECIL

Setelah mendapat berita bahwa pada tanggal 17 Agustus 1945, Bung Karno dan Bung Hatta memproklamirkan kemerdekaan Bangsa Indonesia, pada tanggal 22 Agustus 1945 diadakan rapat di Woloan Tondano. Rapat dihadiri oleh pegawai-pegawai bekas Pemerintahan Jepang, antara lain E.H.W. Palengkahu dan Pamong Praja B. W. Lapian. Dari Bolaang Mongondow yang hadir adalah Raja Bolaang Mongondow, H. J. C. Manoppo didampingi Y. F. K. Damopolii.
Rapat tersebut berlangsung selama dua hari dua malam tanpa ada gangguan yang berarti. Akhirnya, terbentuklah Pemerintahan RI mewakili Pemerintah Pusat untuk mempertahankan Proklamasi 17 Agustus 1945. Pemerintah daerah itu meliputi seluruh Sulawesi Utara dan Tengah (Pali, Poso, Donggala, Buol Toli-Toli, Gorontalo, Minahasa, Bolaang Mongondow, dan Sangir Talaud). Ny. Nurtina Gonibala Manggo terus menerus mengikuti jalannya rapat. Disamping itu, kesempatan ini digunakan untuk berdialog dengan tokoh-tokoh Pemuda Nasionalis, seperti N. P. Somba dan Bapak Laan Massi, sekaligus menyatakan kesediaan untuk masuk menjadi anggota pasukan Benteng Maesa.
Oleh karena dalam Badan Pemerintahan ini terdapat beberapa personil Pamong Praja yang diragukan, pada tanggal 2 September 1945 beberapa tokoh politik mengadakan rapat kembali untuk menyusun kekuatan baru. Hal ini baru diketahui oleh Y. F. K. Damopolii pada tanggal 5 September 1945 dan beritanya disampaikan oleh dua orang kurir dari Manado. Pada tanggal 3 Oktober 1945, Y. F. K. Damopolii menerima kurir dari Gorontalo, yaitu Bapak Arun Tangahu dan dari Molibagu Bapak B. Y. Kadullah. Kebetulan pada saat itu bertepatan dengan tibanya seorang Guru dari Lion bernama Siata Paputungan. Guru ini berasal dari Kampung Molinow yang ditempatkan sebagai guru di perbatasan. Ia membawa surat kabar “Suara Nasional Gorontalo” yang memuat teks Proklamasi 17 Agustus 1945 secara lengkap.
Seluruh perlengkapan dan persenjataan diletakkan di rumah Ny. Nurtina Gonibala Manggo. Keesokan harinya, tanggal 19 Desember 1945 pukul 06.00 pagi Pawai Akbar Merah Putih dilaksanakan. Mereka berjalan sambil menyanyikan lagu Indonesia Raya dan teriakan-teriakan “Merdeka atau Mati”. Sang Merah Putih dengan gagah berkibar memenuhi jalan-jalan seperti Tungoi, Mopait, Kopandakan, Poyowa Kecil, dan Motoboi Kecil.
Barisan kelaskaran Banteng RI itu terus bergerak maju sambil menancapkan bendera di setiap desa yang dilalui. Paling depan tampak empat orang wanita dengan seragam putih dan ikat kepala warna Merah Putih. Mereka adalah Djamila Ansik, Hasina Mokobombang, Hamsia Moji, dan Nurbaya Ansik.
Pawai akbar “Merah Putih” ini dipimpin oleh Bapak Harun Mamonto dan Bapak Rasyid Datu.
Diantara 4 wanita itu, terdapat seorang laki-laki bernama Luli. Ia membawa bendera paling besar. Sambil mengucapkan Bismillahirahmanirahim, bendera itu kemudia ditancapkan di tengah lapangan olahraga Molinow, diiringi lagu Indonesia Raya, dan Odi-odi atau Sumpah setia.
Demikian sekelumit sejarah yang panjang tentang Nama Jalan 19 Desember di Kelurahan Motoboi Kecil, Kecamatan Kotamobagu Selatan, Kota Kotamobagu, yang intinya adalah perjalanan para pejuang yang ada di Kabupaten Bolaang Mongondow yang membawa Bendera Merah Putih dan berangkat dari Markas TANOYAN melalui Desa TUNGOI, MOPAIT, KOPANDAKAN, POYOWA KECIL, MOTOBOI KECIL dan berakhir di MOLINOW. Sehingga untuk mengenang NAPAK TILAS perjalanan para pejuang untuk mempertahankan kemerdekaan RI, maka Pemerintah dan DPRD Kabupaten Bolaang Mongondow memberi nama jalan dari Poyowa Kecil sampai batas perempatan jalan ke Molinow dinamakan Jalan 19 DESEMBER.
Selanjutnya salah satu pelaku sejarah yang sekarang masih hidup dan berasal dari Kelurahan Motoboi Kecil adalah Bapak S. M. DAUN umur ± 87 tahun.

Keterangan ini dikutip oleh Hi. KARTA MOH. DAUN (Pensiunan PNS) dari buku    “ SEJARAH PERJUANGAN KELASKARAN BANTENG R.I. BOLAANG MONGONDOW” yang disusun oleh : ALMARHUMAH Ny. Hj. N. GONIBALA MANGGO.

0 komentar:

Posting Komentar