SEJARAH QUR’AN “KI BOLAI”

KITAB SUCI AL-QUR’AN “KI BOLAI” INI DIBELI DI BATAVIA MELALUI JOGUGU (RIJKBESTUUR) A. P. MOKOGINTA, SEORANG JOGUGU ATAU ORANG KEDUA DARI RAJA BOLAANG MONGONDOW, YANG TAAT BERIBADAH DALAM AGAMA ISLAM DAN JUGA MENGANUT ANTI KOLONIALISME DAN FEODALISME HINGGA DIASINGKAN KE BATAVIA YANG SEKARANG DISEBUT JAKARTA.
KEMUDIAN KITAB SUCI AL-QUR’AN INI OLEH JOGUGU DIHADIAHKAN KEPADA IMAM BESAR LOLAYAN BARENG DAMOPOLII.
IMAM BESAR BARENG DAMOPOLII DISAMPING MELAKSANAKAN TUGASNYA SEBAGAI IMAM BESAR LOLAYAN, JUGA MENJADI GURU TAMAN PENGAJIAN DENGAN MURIDNYA YANG CUKUP BANYAK.
KETIKA BELIAU MENINGGAL DUNIA MAKA AL-QUR’AN INI DIPELIHARA OLEH SALAH SEORANG MURIDNYA YAITU IBU PILU’ (BAAI PANDIS) DAN DISIMPAN DIRUMAHNYA.
PADA TAHUN 1958, KETIKA TERJADI PEMBUMIHANGUSAN RUMAH-RUMAH PENDUDUK OLEH PEMBERONTAK PERMESTA, MAKA RUMAH DARI IBU PILU’ (BAAI PANDIS) DIMANA TEMPAT AL-QUR’AN INI DISIMPAN, TURUT TERBAKAR BERSAMA RUMAH HINGGA MENJADI PUING-PUING YANG BERSERAKAN.
ANEHNYA SETELAH DIADAKAN PEMBERSIHAN PUING-PUING TERSEBUT, AL-QUR’AN INI TIDAK TERBAKAR DAN MASIH DALAM KEADAAN UTUH, KECUALI WARNA KULITNYA YANG SUDAH BERUBAH WARNANYA SEPERTI ORANG HITAM, SEHINGGA OLEH MASYARAKAT MENAMAKANNYA AL-QUR’AN “KI BOLAI”, KARENA HITAM.
PADA MASA PEMERINTAHAN KEPALA DESA/LURAH H. M. DAUN, DISAMPAIKAN PERMOHONAN KEPADA PEMEGANG TERAKHIR YAITU BAPAK BINANTAL PASSI, AGAR AL-QUR’AN INI DIJADIKAN MILIK DESA, SEHUBUNGAN WAKTU ITU DESA MOTOBOI KECIL DIIKUTSERTAKAN DALAM LOMBA TINGKAT PROPINSI DAN OLEH KELUARGA BAPAK BINANTAL PASSI MENGIKHLASKAN AL-QUR’AN INI MENJADI MILIK DESA / KELURAHAN MOTOBOI KECIL.

AL-QUR’AN “KI BOLAI INI SEKARANG BERADA DI MASJID DARUSSALAM KELURAHAN MOTOBOI KECIL.